Seingat saya, zaman kiplik dan kuda gigit besi... saya selalu kena tegur guru jika saya terdengar bersuara di dalam kelas pada saat belajar. Suara anak-anak di kelas itu, selalu dinamai 'Ngobrol' oleh bapak maupun ibu guru. Padahal, sepengetahuan saya saat itu.. suara bisikan anak-anak dalam kelas itu bukan kategori suara untuk mengobrol lho.
Hihihihi... Saya jadi ingat, dulu saya suka bicara sendiri dalam hati...
"Ichh.. kenapa sih ini guru cerewet banget, masak saya menjawab pertanyaan teman saat saya ditanya mereka mengenai apa yang guru ucapkan barusan, saya tidak boleh bersuara untuk menjawab dan diperingati untuk Jangan Mengobrol? Kenapa sih, semua disama-ratakan oleh para Guru? padahal gak semua suara gaduh berasal dari obrolan. Terkadang mereka (para guru) tidak melihat darimana suara-suara itu berasal dan apa topiknya, karena sibuk menulis di papan tulis. Kan bukan berarti suasana yang gaduh seperti yang tidak mereka harapkan berasal dari obrolan anak-anak. Huh! Itu suara, bisa dari bunyi kertas saat lembaran buku dibalik, bisa dari bunyi-bunyi anak-anak meraut pensil, dll. Tapi kenapa selalu suara yang keluar dari anak murid maupun suara gaduh lainnya selalu dinamai mereka OBROLAN?. Aneh banget para orangtua ini".Rasanya pengen protes waktu itu, tapi kalau saya protes.. yang ada nanti saya malah tambah kena teguran lagi atau malah bisa dikasih hukuman. Hmm.. payahlah!
Eeeeiii... tapi jangan salah lho.. pertanyaan-pertanyaan saya seputar itu yang ada di benak, saya bawa ke ayah waktu bertemu beliau pulang kerja. Seakan gak puas dengan perilaku Guru, saya mengoceh bercerita dan protes padanya, kenapa para guru bisa begitu? Bisa mengatakan anak-anak muridnya suka mengobrol jika ada suara gaduh sedikit. Padahalkan belum tentu itu suara obrolan.
Hehehehe.. Mau tauk obrolan saya dengan si Ayah?
"Emangnya apa sih yang menurut K*k* (off d record.. ini panggilan sayangnya si ayah padaku) dengan arti Obrolan?"
"Yaaa... ayah malah nanya lagi"... tapi... meskipun protes begitu, saya jawab juga pertanyaan beliau buat membela diri dan mencari dukungannya.
"Kalo K*k* bilang.. Ngobrol itu, jika K*k* menjawab pertanyaan seseorang lebih dari sekali bulak-balik Yah, dan kemudian si lawan bicara itu akan bertanya lagi dengan pertanyaan yang lain setelah K*k* menjawabnya dan itu berlangsung terus menerus dan gak berhenti-henti.""Kalo menurut K*k*, yang guru maksud K*k* ngobrol adalah sebenarnya 'BICARA' bukan 'NGOBROL'. Tapi guru-guru itu selalu bilang kalau mengeluarkan suara di kelas saat dia mengajar namanya mengobrol. Padahalkan..., waktu teman K*k tanya ke K*k waktu itu, K*k cuma jawab sekali. Kita gak ngobrol kok, karena kita juga setelah itu melanjutkan mencatat lagi. Gak Ngobrol, tapi bicara sedikit. Ya kan Yah.. bener K*k* kan??!"Eh eh eh... si Ayah cuman senyum-senyum doang. Beliau malah bertanya lagi..
"Kalau seperti sekarang ini, kita Bicara apa Ngobrol namanya?"
"Yaaaaa... Ngobrollah.. karena Ayah nanya lagi sama K*k*, dan sekarang K*k* jawab. Berartikan sudah lebih dari satu kali bicaranya. Kan sudah banyak, jadi ini namanya ngobrol bukan bicara".
Si Ayahku senyum lagi,
"Masak ini ngobrol? Jadi bukan bicara? Bicara itu memang artinya apa sih K*?
Whuekekekekekekkk...saya mulai kehabisan kata-kata dan ide buat ngebantah, eh bukan ngebantah siy... lebih tepatnya pembelaan diri (hihihi), karena sebenarnya saya tidak menyangka si ayah akan bertanya lagi. Huuu.. ayah, ayah.. kenapa sih kok gak langsung belain saya, anaknya sih?
"Bicara ya artinya ngomong lah. Ya ngeluarin suaralah. Ngeluarin kata-katalah. Emangnya apa menurut Ayah".
Tahu saya sudah tidak sabar karena merasa tidak didukung olehnya. Ayah baru menjelaskan dan mendukung apa yang saya maksud tadi.
Ayah bilang,
"Anak ayah gak salah. Yang K*k* maksud itu benar kok. Tapi yang guru-guru maksud itu juga tidak salah K*. Karena Bicara dan Ngobrol itu sama-sama mengeluarkan suara kan. Hanya, mungkin bapak atau ibu guru K*k* tidak melihat kalian bicara atau kalian sedang mengobrol. Tapi, menurut ayah.. apa yang guru-guru nasihati ke kalian kan benar. Kalau guru lagi mengajar dan kalian mengeluarkan suara.. nanti kalian tidak bisa mendengar dengan jelas pelajaran yang guru terangkan khan? trus yang rugi siapa kalau kalian nantinya tidak bisa mengerjakan PR dan Ulangan-ulangan? trus memangnya kalian mau jika tinggal kelas? Kasian juga kan teman-teman kalian yang memang mau mendengarkan pelajaran, tetapi karena kalian bersuara sendiri saat guru mengajar.. mereka jadi ikutan menanggung rugi tidak mengerti pelajarannya".Tapi, jangan salah... meskipun saya akui Ayah benar, saya tetap protes.
"Iya, iya... guru-guru benar deeh.. orang-orang tua gak pernah salah. Padahal sebenarnya mereka juga kadang-kadang bisa juga salah. Belum lihat dan nengok ke belakang sudah nuduh, sudah maen bilang 'anak-anak jangan ngobrol.. ayo suaranya jangan berisik'.. padahal suara gaduh itu belum tentu dari suara obrolan."
Sepenggal cerita indah dulu tentang interaksi saya dengan Ayah memang saya sengaja tulis buat ngingetin saya, kamu dan kalian yang baca Blog ini... kekekekek... karena apapun artinya.. itu semua merupakan bagian dari komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Dimana, penggunaan makna berbahasa, berkomunikasi & interaksi yang dipersepsikan dan ditempatkan salah oleh pemakainya, bisa berdampak negatif & positif terhadap orang lain. Kalau masa sekarang biasanya orang kenalnya dengan sebutan misscommunication, dan kalau sudah miscom gini pasti jatuhnya bisa terjadi perselisihan. Hahahaha... inilah yang sering saya lihat suka terjadi.
Saya ini termasuk anak yang tidak bisa diam, senang ngoceh, senang ngobrol, senang mendengarkan, berdiskusi dan membahas suatu topik menarik yang sedang
'Hot' maupun hal-hal baru yang bisa menambah wawasan.
Ssst...
Hot disini tidak hanya panas dalam arti lingkupan nasional maupun berita yang menghebohkan seantero dunia. Panas disini saya artikan sebagai topik-topik yang memang juga bisa bikin panas telinga maupun hati. Memangnya telinga dan hati siapa yang dibuat panas? Kekekekekek.. itu gak penting! Pokoknya tergantung siapa yang lagi jadi 'star' untuk didiskusikan. :D

Yang jelas... bertemu dan bergaul dengan banyak orang dari berbagai macam karakter di bidang kerja saya sekarang.. sangatlah bermanfaat. Menurut saya, siapapun orang itu.. dan apapun dia.. bagaimanapun status dia, mereka selaku partner ngobrol, diskusi dan teman bertukar pikiran... selalu mendatangkan pelajaran, yang pada akhirnya.. juga membantu saya mendapatkan ide-ide cemerlang dan menuangkannya dalam membangun strategi bisnis untuk mendukung pekerjaan-pekerjan sekarang.
Dulu, saya sering berfikir.. kok ayah bunda punya kenalan & teman banyak sekali, bertebaran di berbagai daerah Indonesia. Kok bisa ya? Sedangkan saya hanya terbatas pada teman di komplek tempat tinggal, teman sekelas di sekolah, teman pengajian di Al Azhar, dan paling jauhpun itu teman sepermainan di lingkungan tempat tinggal kakek & nenekku di Kebayoran Baru.
Hahaha... Setelah beranjak besar, saya tertawa sendiri. Jelas saja ayah bunda memiliki banyak relasi. Saya belumlah lulus SD, saya baru kelas III SD kala itu. Tapi.. Sekarang? Hmm.. kawan-kawan saya tak sebatas pekarangan rumah sajaaaaaa.... Hahahaha... Ayah benar! Dulu dia pernah berkata bahwa
'Seiring saya melangkah dan bertambah dewasa, dan berjalan di luar pekarangan rumah, saya juga akan bertambah kawan yang akan sangat banyak mengajari saya berbagai macam hal. Hanya satu pintanya.. saya harus tetap berjalan dengan tuntunan Al Qur'an nul karim'.Yang jelas... sampai saat ini.. salah satu yang saya rasakan sangat membantu untuk menentukan arah langkah kaki berjalan adalah dengan banyak-banyak berinteraksi dengan mereka (yang ayah maksud kawan) melalui ngobrol, diskusi, tukar pikiran yang membuahkan pembelajaran terbaik & bermanfaat sesuai keinginan ayah itu...