Saturday, August 18, 2007

Te Pe Je

Ingat tokoh Pak Janggut?
Ya.. dia seorang sosok tua, tambun, baik hati, low profile, sangat menikmati hidupnya.. dengan berpetualang keliling dunia dan selalu membawa buntelan kumuh ajaib yang diikat pada setangkai tongkat kayu, dalam cerita di majalah Bobo.

Cerita ini mungkin hanya khayalan masak kanak2x.. dan diciptakan pengarangnya untuk menghibur anak-anak penggemar majalah yang selalu ditunggu-tunggu setiap hari kamis pagi kala itu.

Tapi kenyataannya kan gak begitu. Terkadang apa yang menjadi khayalan kita, seringkali ada dan dapat kita temukan di dunia nyata.

Hahaha... kalaupun iya, inipun mungkin bisa dihitung dengan satu dua tiga jari jika hal2x kayak begitu bisa terjadi.


Hmm.. Rada heran juga, saya adalah salah satu orang yang beruntung dapat menemukan tokoh cerita dalam khayalan di dunia nyata.
Taruhlah pak Janggut yang ini, memang bukan plek plek-an sosok pak Janggut dengan buntelan kumuhnya yang berjalan kaki menjelajahi negeri seperti di masa lampau.

Tokoh ini, tokoh pak Janggut modern. Yang sudah kenal shaver, yang sudah kenal transportasi modern dan segala tekhnologi serba canggih. hihihi...
Pernah saya bertanya pada beliau... Apakah tokoh pak Janggut itu beliau yang menciptakan?

Suara tawa ngakak malah yang keluar darinya... "Wa wa wa waaaaah kid.. r u kidding!??".

Hahaha, gak becandalah. Ini serius, pikir saya. Mulai dari tulisan oleh2x dari belahan dunia antah berantah, hingga cerita spiritual tentang kemudahan dalam menghadapi berbagai kendala jika bersikap ikhlas layaknya pak Janggut.

Dulu, dalam kisah pak Janggut, diapun berjalan mengikuti bisikan hati dan arah kakinya melangkah hingga bisa sampai ke berbagai negeri dan mengalami berbagai hal menarik selama perjalanannya. Dia dibantu dengan buntelan ajaib, jika menemukan kesulitan.

Anehnya, tokoh pak Janggut ini gak pernah mau menggunakan kemudahan yang sudah dia miliki. Padahal segala sesuatu yang dia butuhkan tinggal dia ambil dari buntelan ajaibnya jika dia mau.

Hingga besar, saya masih terkesan dengan sosok pak tua ini. Segala yang dia miliki dan dapat dengan mudah diraihnya tak digunakannya jika memang tidak kepepet membutuhkannya.

Kata ayah saya dulu... saya harus mencontoh tokoh pak tua itu. Bukan segala sesuatu & fasilitas yang bisa didapat dengan mudah, kita pergunakan dengan mudah pula dan membuat kita menjadi seorang pemalas.

Kala itu, ayah mencontohkan jika saya tidak diantar dengan Pak Katman naik mobil berangkat sekolah, bukan berarti saya tidak masuk sekolah hari itu. Saya bisa jalan tanpa diantar supir.
"Itulah sebabnya K*k* harus mencontoh dia. Tas ajaib pak Janggut bukan menjadikannya seorang pemalas. Tapi mengajarkannya menjadi seorang yang bijaksana."

Trus.. apa sih persamaan dengan tokoh pak Janggut modern ini?
Mungkin bukan saya yang bisa membeberkannya... Hahahaha.. mari kita tanya langsung dengan beliau...
"Woooi... woii... Te Pe Je... kenapa anda bisa kupanggil TPJ (Tas Pak Janggut)?"

Bolehkah kuceritakan sedikit tentang ini?? kekekekekekkk...

No comments:

Post a Comment