Sunday, August 15, 1999

DHL Connect

Waktu itu tabloid Dotcom baru terbit... Belum banyak yang tahu bahwa tabloid ini khusus untuk liputan IT. Lucu juga, karena tahun-tahun ini... baru-barunya internet mulai mem-booming.

Senangnya bergaul bersama teman-teman jurnalis dari desk IT, karena dari mereka-lah saya tahu banyak hal soal IT pada saat itu. Walaupun dari beberapa istilah-istilah yang mereka bahas, masih banya yang kurang familiar ditelinga saya. Hehehe.

Satu lagi! Mereka tidak pernah kikir untuk berbagi ilmunya. Pantas saja jika ilmu mereka semakin bertambah. Semoga mereka diganti dengan ilmu yang bertambah dan pahala yang berlimpah ya.


SOURCE : Tabloid Dot.com, No.05/Thn.I
DATE : 15-1 September 1999
COLUMN : Kisah Sukses
TITLE : Memanjakan Pelanggan Lewat Internet
PAGE : 8
AUTHOR : Maifil Eka Putra

==================================================
Dengan DHL Connect, Anda akan tahu bagaimana dan ada di mana barang yang Anda kirim.

Paris, di pagi buta, ketika penduduk kota tersibuk di Eropa itu masih terlelap pulas, puluhan mobil boks yang berisi paket kiriman bertebaran memasuki jalan kota parfum itu. Mobil-mobil boks tersebut adalah milik DHL, perusahaan jasa pengiriman paling terkenal yang kini memiliki sekitar 227 negara tujuan pengiriman.

Itu adalah cuplikan iklan yang kini sedang gencar-gencarnya ditayangkan di beberapa stasiun TV swasta. Pesan yang ingin disampaikan, DHL adalah perusahaan jasa tercepat dengan layanan profesional.

Kecepatan agaknya memang menjadi obsesi besar DHL. Tengoklah iklan DHL yang lain, ketika sebuah paket yang dikirim dari Indonesia ke Amerika Serikat. Tak tanggung-tanggung, saking cepatnya, paket kiriman itu tiba pada zaman Columbus. Columbus adalah orang pertama yang menginjakkan kakinya di benua Amerika.

Untuk mencapai image ”tercepat” itulah, DHL menamai setiap paket pelayanannya dengan ’First’ (misalnya ”USA First” dan ”Europe First”). Dan kata-kata ini bukan sekadar slogan. ”Kalau tidak percaya, Anda bisa buktikan sendiri,” tantang Kumala Iman Dina, Public Relations DHL kepada dot.com. Tentu, membuktikannya adalah dengan cara menggunakan produk jasa DHL itu dan membandingkannya dengan produk yang sama dari perusahaan jasa kiriman yang lain.

DHL Connect. Kecepatan bukanlah satu-satunya kelebihan yang ingin ditampilkan DHL, seperti diilustrasikan dengan sempurna dalam iklan di atas. Tapi, DHL juga memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan lain yang dapat memanjakan pelanggan. Seperti soal keamanan, fleksibilitas barang kiriman, dan kemudahan layanan dan jangkauan lokasi pengiriman.

Selain itu, untuk menarik pelanggannya dari kalangan pengguna internet, DHL membuka fasilitas baru berupa layanan online yang dibei nama ”DHL Connect”. Layanan yang menjadi perluasan terhadap situs web DHL di Indonesia (
www.dhl.co.id) ini diluncurkan secara resmi pada Kamis 29 Juli silam, di Jakarta.

”DHL Connect merupakan bagian yang sangat penting, terutama bagi eksportir Indonesia yang ingin mempersingkat proses administrasi mereka,” ujar Mike Fitzpatrick, Senior Technical Advisor PT Biro Semesta / DHL World Express, pada acara peluncuran yang meriah itu. ”DHL Connect dirancang untuk menjadi pusat informasi yang terintegrasi bagi pengusaha yang menginginkan ekspor melalui komputer.”

Eksportir memang menjadi target utama layanan DHL Connect itu. Karena, selama ini, para eksportirlah yang banyak menggunakan layanan DHL. Tapi itu bukan berarti pengguna biasa tak diperbolehkan menggunakan layanan menarik itu. Anda bisa menggunakan DHL Connect jika anda memiliki komputer dan akses ke internet.

Dengan layanan terbaru itu, Anda tidak perlu lagi bersusah-susah datang ke kantor DHL. Karena, layanan itu memungkinkan Anda melakukan segala transaksi pengiriman –dari permohonan pengiriman, informasi harga, hingga pembayaran-sepenuhnya lewat layar monitor komputer Anda.

Cukup dengan membuka situs DHL, dan kliklah halaman yang berisi formulir permintaan pengiriman paket. Setelah Anda menuliskan data pribadi serta layanan yang Anda pilih, kirimkanlah formulir itu, juga dengan cara mengklik tombol ”kirim” (send). Secara otomatis, permintaan Anda akan diproses dan disampaikan ke petugas DHL terdekat yang masing-masing telah dilengkapi dengan alat panggil (pager).

Petugas yang menerima pesan lewat pesawat panggil itu akan segera meluncur ke lokasi yang Anda tentukan. Selanjutnya, Anda bisa memberikan paket kiriman Anda itu kepadanya. ”Seluruh transaksi bisa dilakukan secara online,” jelas Soraya Rudianti, Manager Marketing DHL Indonesia.

Tak sampai di situ. Masih dengan DHL Connect, Anda bisa memantau perjalanan paket kiriman Anda. Hal ini dimungkinkan karena DHL telah memasang alat pelacak untuk setiap paket kiriman. Dan setiap informasi pergerakan barang kiriman itu akan diteruskan ke situs DHL dalam bentuk real time.

Petugas-petugas DHL akan membuat kronologis pengiriman paket itu mulai dari keberangkatan hingga sampai ke tangan penerima paket kiriman itu. ”Jadi, baik waktu dan siapa penerimanya akan tercatat dengan baik,” kata Soraya. Kendati demikian, jika pelanggan masih belum puas dengan cara-cara itu, DHL masih membuka diri dengan mempersilahkan para pengguna jasanya mengirimkan complain atau komentar lewat e-mail. ”Begitu email diterima, customer service kami yang stand by 24 jam akan langsung memberikan tanggapan balik.”

Meraih Pelanggan Baru. Mengapa DHL memberikan layanan yang begitu memanjakan pelanggannya seperti DHL Connect itu? Menurut Kris Darwin, Manager Teknologi Informasi DHL Indonesia, kehadiran DHL Connect tidak ditargetkan sekedar melayani pelanggannya agar mereka tetap setia menggunakan jasa DHL. Tapi, fasilitas itu juga digunakan sebagai pancingan terhadap pelanggan baru agar ikut bergabung.

”Dengan layanan itu, kami berharap dapat menggaet pelanggan baru sebanyak-banyaknya,” jelas Kris. Agaknya, DHL memang tahu betul bahwa pengguna internet di masa depan akan terus meningkat, dan sebagian para netter itu adalah pelanggan potensial DHL.

Namun, yang paling diuntungkan dengan hadirnya layanan DHL Connect barangkali adalah para eksportir yang berpegang penuh pada perusahaan jasa pengiriman cepat semacam DHL. Apalagi layanan canggih itu akan mengintegrasikan pihak Bea Cukai ke dalam sistem yang dimilikinya. Dan jika ini berhasil dilakukan, para eksportir itu tidak harus susah payah berurusan dengan bagian Bea Cukai.

”DHL Connect akan bekerjasama dengan pihak bea cukai, dengan cara menghubungkan komputer di lembaga pajak itu. Dengan begini, barang yang akan dikirim bisa terdeteksi dan tercatat secara langsung,” papar mantan manajer TI di sebuah bank swasta itu. ”Urusan administrasi di bea cukai sangat melelahkan pihak pengekspor di Indonesia. Karena itu, dengan terhubungnya jaringan eksportir ke bea cukai, tentu akan mempermudah urusan itu,” lanjutnya.

Lalu bagaimana sambutan masyarakat terhadap produk baru DHL itu? Menurut Soraya, dari riset pengguna DHL Connect di Amerika, sebagian besar responden merasa diuntungkan dengan hadirnya layanan itu. 82 persen berpendapat DHL Connect sangat mudah digunakan. Sedangkan 71 persen responden memutuskan mengirimkan barangnya melalui DHL setelah menggunakan DHL Connect tersebut.

Berdasarkan sambutan yang baik itulah, DHL bertekad membuka layanan serupa di negara-negara yang sudah memiliki akses internet secara luas. Dan Indonesia adalah salah satunya. ”Karena sambutan terhadap DHL Connect di Indonesia menargetkan, sekurangnya 2000 pelanggan bakal menggunakan layanan itu dalam waktu dekat,” kata Soraya.

Selama ini, ada sekitar 10.000 eksportir Indonesia yang secara rutin mengirimkan barang-barang mereka lewat DHL. Dan dengan kemudahan fasilitas baru, para ekportir itu diharapkan hijrah ke internet.***

Tuesday, March 30, 1999

Wartawan Bohongan

Pengalaman yang mungkin paling sering dirasakan oleh seorang Public Relations adalah berhadapan dengan seseorang yang mengaku sebagai seorang wartawan padahal mereka tidak memiliki media. Mereka mengaku wartawan dari media-media yang sebenarnya gak pernah ada dan terbit.

Terkadang, wartawan beneranpun merasa tersinggung dengan ulah mereka. Dan tidak jarang, mereka-pun suka kesal dengan tingkah laku wartawan bohongan yang lebih dikenal dengan wartawan bodrex.

Tingkah wartawan bohongan ini, selain mengganggu... bahkan sering juga menimbulkan misscommunication antar PR dan teman-teman jurnalis. Tidak sedikit teman-teman media yang saya kenal mengeluh jika mereka diribetkan oleh beberapa prosedur dan merasa tidak dipercaya oleh sebagian PR... akhirnya berbuntut.. mereka tersinggung dan menuduh para pelaku PR selalu ribet dan memiliki birokrasi yang menghambat kerja mereka. Padahal, sebenarnya... kedua pihak yang saya sebutkan tadi, PR dan Jurnalis adalah sama-sama korban dari tingkah laku wartawan bohongan itu.

Gimana coba cara untuk mengatasinya? Ya harus sama-sama sabar dan tidak saling curiga.
Ada beberapa pengalaman yang (mungkin) juga tidak disadari oleh teman-teman media. Mereka sering pula tidak memakai identitas diri (ID Card) ataupun tidak membawa kartu nama dalam setiap kehadirannya pada acara-acara tertentu.

Sedangkan, PR? terkadang juga suka mukul rata media dari penampilannya. Pertemanan di luar urusan kerja & media relations yang kuat.. mungkin bisa dijadikan kunci buat jalan keluar permasalahan-permasalahan seperti itu. Dan itulah yang saya jalankan dan sudah merasakan manfaatnya dalam pekerjaan saya.


SOURCE : Investor, No.6/Thn.II
COLUMN : Sosok - Kumala Iman Dina
TITLE : Wartawan Bohongan
DATE : Maret 1999
PAGE : 80
AUTHOR : Mohammad Defrizal
========================================


KEBEBASAN pers dan kemudahan mendapatkan SIUPP di era reformasi ini membuat banyak media baru bermunculan. Dan, seiring dengan banyaknya media baru itu, tentunya banyak pula wartawan baru. ”Saking banyaknya kadang susah membedakan mana wartawan sungguhan dan mana yang bukan,” tutur Mala, panggilan akrab Kumala Iman Dina, Media Relations ELLIPSE, sebuah perusahaan Public Relations ini. Lho, memang ada wartawan bohongan? Mala cuma tersenyum.

Sebelnya, menurut gadis kelahiran 16 Januari ini, wartawan model begitu banyak maunya. ”Ada yang bolak-balik meminta press release. Nggak tau apa maksudnya,” ujar tengah dari tiga bersaudara ini bingung. Padahal, seingat Mala, press release itu sudah diberikan. Tapi, toh Mala tetap meladeni dengan ramah.

Selain memiliki ijazah sarjana FE Usakti, Mala ternyata punya titel tambahan di depan namanya, yaitu titel Hajjah. Lho, kok tidak berjilbab? ”Dulu saya berjilbab. Tapi sekarang tidak lagi,” akunya. Alasannya, menurut Mala, setelah berkonsultasi dengan sang mama, sebenarnya bukan cuman kepala yang wajib dibungkus. ”Tapi hati kita yang harus berjilbab,” kata Mala berfilsafat.

Monday, January 04, 1999

Suara Dari Ruang Kerja

Waktu saya kerja di Ellipse... saya pernah ditelefon seorang kawan jurnalis dari majalah Ummat. Tadinya saya pikir telefon dari dia... cuman buat menyapa dan tanya-tanya soal klien atau minta bantuan untuk wawancara dengan narasumber.

Wah... ternyata justru dia hanya ngobrol sana sini, tetapi beberapa hari kemudian... dia kabari kalau tulisan hasil obrolannya dengan saya sudah terbit. Dia akan kirimkan hasilnya ke kantor..

Bukan maen saya kaget... Tapi dari sinilah, saya jadi belajar dan bertambah pengetahuan & pengalaman... Terkadang jurnalis itu bisa menjadikan obrolan itu menjadi suatu tulisan... Pelajaran inilah yang berguna buat saya sewaktu mendampingi klien-klien dalam berhadapan dengan media. Pantas saja, kalau seorang public figure sering mengumbar kata 'no comment' ketika berhadapan dengan media. Jangankan sebuah statement atau comment, body language-nya pun bisa dijadikan berita kan. Nah, klo kayak begitu... salah siapa kalau sudah timbul issue negatif?

Ummat, No. 26 Thn. IV / 4 Januari 1999 - 16 Ramadhan 1419 H