Terkadang, wartawan beneranpun merasa tersinggung dengan ulah mereka. Dan tidak jarang, mereka-pun suka kesal dengan tingkah laku wartawan bohongan yang lebih dikenal dengan wartawan bodrex.
Tingkah wartawan bohongan ini, selain mengganggu... bahkan sering juga menimbulkan misscommunication antar PR dan teman-teman jurnalis. Tidak sedikit teman-teman media yang saya kenal mengeluh jika mereka diribetkan oleh beberapa prosedur dan merasa tidak dipercaya oleh sebagian PR... akhirnya berbuntut.. mereka tersinggung dan menuduh para pelaku PR selalu ribet dan memiliki birokrasi yang menghambat kerja mereka. Padahal, sebenarnya... kedua pihak yang saya sebutkan tadi, PR dan Jurnalis adalah sama-sama korban dari tingkah laku wartawan bohongan itu.
Gimana coba cara untuk mengatasinya? Ya harus sama-sama sabar dan tidak saling curiga.
Ada beberapa pengalaman yang (mungkin) juga tidak disadari oleh teman-teman media. Mereka sering pula tidak memakai identitas diri (ID Card) ataupun tidak membawa kartu nama dalam setiap kehadirannya pada acara-acara tertentu.
Sedangkan, PR? terkadang juga suka mukul rata media dari penampilannya. Pertemanan di luar urusan kerja & media relations yang kuat.. mungkin bisa dijadikan kunci buat jalan keluar permasalahan-permasalahan seperti itu. Dan itulah yang saya jalankan dan sudah merasakan manfaatnya dalam pekerjaan saya.
SOURCE : Investor, No.6/Thn.II
COLUMN : Sosok - Kumala Iman Dina
TITLE : Wartawan Bohongan
DATE : Maret 1999
PAGE : 80
AUTHOR : Mohammad Defrizal
========================================
KEBEBASAN pers dan kemudahan mendapatkan SIUPP di era reformasi ini membuat banyak media baru bermunculan. Dan, seiring dengan banyaknya media baru itu, tentunya banyak pula wartawan baru. ”Saking banyaknya kadang susah membedakan mana wartawan sungguhan dan mana yang bukan,” tutur Mala, panggilan akrab Kumala Iman Dina, Media Relations ELLIPSE, sebuah perusahaan Public Relations ini. Lho, memang ada wartawan bohongan? Mala cuma tersenyum.
Sebelnya, menurut gadis kelahiran 16 Januari ini, wartawan model begitu banyak maunya. ”Ada yang bolak-balik meminta press release. Nggak tau apa maksudnya,” ujar tengah dari tiga bersaudara ini bingung. Padahal, seingat Mala, press release itu sudah diberikan. Tapi, toh Mala tetap meladeni dengan ramah.
Selain memiliki ijazah sarjana FE Usakti, Mala ternyata punya titel tambahan di depan namanya, yaitu titel Hajjah. Lho, kok tidak berjilbab? ”Dulu saya berjilbab. Tapi sekarang tidak lagi,” akunya. Alasannya, menurut Mala, setelah berkonsultasi dengan sang mama, sebenarnya bukan cuman kepala yang wajib dibungkus. ”Tapi hati kita yang harus berjilbab,” kata Mala berfilsafat.
No comments:
Post a Comment